Oleh Najla Eltira Gaynell
Sosial media merupakan suatu wadah untuk bersosialisasi dengan menggunakan suatu media. Media yang digunakan biasanya berbentuk aplikasi, website dan sebagainya yang dilakukan secara online. Dalam bersosial media, terdapat berbagai macam istilah juga seperti scrolling, upload, posting, chatting, dan istilah lainnya yang menggambarkan aktivitas dalam bersosial media. Seiring berkembangnya zaman, sosial media tidak hanya digunakan sebagai hiburan semata, tetapi juga sudah bertransformasi menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna aktif sosial media di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlah itu telah meningkat 12,35% dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebanyak 170 juta orang. Melihat trennya, jumlah pengguna sosial media di Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya.
![](https://static.wixstatic.com/media/3fd120_d2a46b902bb044388a37fed71fcc2394~mv2.jpg/v1/fill/w_612,h_342,al_c,q_80,enc_avif,quality_auto/3fd120_d2a46b902bb044388a37fed71fcc2394~mv2.jpg)
Source: www.mcanopy.org
Algoritma sosial media pun tidak dapat dipungkiri. Meskipun masing-masing media memiliki algoritma yang berbeda, namun selalu ada cara untuk membuat masyarakat tertarik dan mengunjungi aplikasi tersebut lagi dan lagi. Sebagai contoh yaitu Instagram dan TikTok yang seringkali menampilkan iklan maupun postingan berdasarkan apa yang sedang dicari atau disukai oleh sang pengguna dengan memanfaatkan algoritma nya. Sehingga, membuat sang pengguna tertarik dan ingin melihatnya. Setelah itu pun akan muncul beberapa konten yang berhubungan dengan konten sebelumnya. Hal itu membuat sang pengguna akan terus-menerus men-scroll sosial media, bahkan hingga lupa waktu. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam bersosial media. Seperti sebagai sarana hiburan, edukasi, bahkan bisnis. Sosial media dapat digunakan sebagai media promosi untuk mendapatkan respon yang lebih banyak dari masyarakat. Baik itu promosi barang, jasa, ataupun dalam mengkampanyekan sesuatu. Masyarakat bisa dengan mudah mempromosikan apa saja di sosial media. Saking mudahnya, tak jarang hal-hal yang negatif pun bertebaran di sosial media, contohnya berita hoaks atau berita yang tidak benar. Respon masyarakat terhadap berita hoaks pun berbeda-beda. Ada yang percaya, ada yang tidak. Ada yang menerima begitu saja, ada pula yang mengecek terlebih dahulu kebenarannya. Ada yang merespon dengan aktif, ada pula yang hanya menjadi pengamat saja. Dengan perbedaan-perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan akan timbul perpecahan antarmasyarakat.
Dengan bersosial media, cara masyarakat dalam bersosialisasi pun berubah. Sebelum mengenal sosial media, masyarakat lebih sering bersosialisasi dan berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Namun, setelah ditemukannya sosial media dengan berbagai macam fitur, masyarakat pun menjadi lebih sering berinteraksi menggunakan sosial media dibandingkan berinteraksi secara langsung. Bahkan, banyak ditemukan di kalangan remaja saat sedang berkumpul dengan kerabatnya malah menggunakan sosial media dibandingkan berinteraksi langsung dengan orang yang ada di dekatnya. Tak jarang, hal ini pun menimbulkan berbagai macam permasalahan seperti terjadinya konflik, membuat kecanduan, dan bukannya mempererat tetapi malah memperrenggang hubungan sosial. Selain itu, seringkali ditemukan juga kelompok-kelompok yang mengatasnamakan suatu organisasi, agama, ataupun pola perilaku tertentu yang mengajak dan menghasut masyarakat untuk mengikuti suatu ajaran tersebut. Padahal, belum tentu apa yang disebarkan tersebut adalah hal yang benar. Bahkan seringkali juga hal-hal yang negatif, tetapi karena mudahnya masyarakat dalam memperoleh informasi tersebut dan belum bisa menyaring informasi dengan baik, akhirnya secara sadar ataupun tidak beberapa masyarakat ikut terpengaruh dalam perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma yang berlaku. Hal tersebut membuktikan bahwa sosial media dapat berpengaruh terhadap pola pikir serta perilaku masyarakat dalam kehidupan sosial.
Comments